PANGGUL – Menelusuri sejarah desa memang sulit. Sebab, tak ada data yang tersimpan dengan baik. Jadi, perlu ada energi lebih untuk mengumpulkan puing-puing cerita tentang sejarah desa. Termasuk di Desa Besuki Kecamatan Panggul Trenggalek.

Mahasiswa KKN IAIN Tulungagung memulai agenda kegiatan untuk menelusuri sejarah Desa Besuki. Dalam prosesnya dipandu oleh Kepala Dusun Bangunsari. Dimulai dengan menuju ke suatu lokasi yang cukup jauh dengan rumah warga. Yakni, makam almarhum Kepala Desa Besuki pertama Mbah Suki.

Makam Mbah Suki ditandai dengan batu. Jadi Kasun Bangunsari sedikit kesulitan membedakan makam-makam yang ada di sana. Di sana terdapat satu bagian terdapat empat makam yang sudah dibatasi.

Konon katanya, makam tersebut adalah sesepuh Desa Besuki. Setelah itu perjalanan kami lanjutkan ke tempat yang terdapat sumber air. Itu berada di bawah makam Mbah Suki. Konon sumber ini tidak akan kering walaupun terjadi kemarau panjang. Air ini terus “rembes” dan lokasinya tepat di bawah makam mbah suki.

Jadi asal mula Desa Besuki adalah terdapat sumber air yang dikenal dengan “rembesan” yang berada tepat di bawah makam Mbah Suki. Bes dari kata rembesan. Ki, dari kata Mbah Suki.

Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke tempat yang dikenal dengan sebutan Tempuran. Tempuran ini tempat bertemunya sungai-sungai yang lain. Kepala Dusun pun turut memaparkan sejarah tentang sungai tempuran ini.

Konon katanya, dahulu kala ketika Bu Lurah berada di rumah sendiri. Nah, saat sendiri itu datang sekelompok rampok yang ingin menjarah rumahnya. Tetapi seketika Bu Lurah melengkungkan pohon kelapa. Setelah itu menyuruh rampok duduk di atas batang kelapa yang sudah roboh .

Perampok itu hanya terdiam sampai Pak Lurah pulang. Setelah beberapa waktu akhirnya Pak Lurah pulang ke rumah. Setelah itu dibunuhlah salah satu dari perampok.

Setelah itu kami diajak ketempat yang dikenal dikenal dengan “Batu Lumpang” dan “Batu Jun”. Pak Kasun memaparkan misteri batu lumpang dan batu jun ini. Batu jun ini berbentuk persis seperti tumpukan kayu yang berukuran besar dan panjang. Herannya, semua batu ini tersusun menghadap ke utara.

Batu lumpang ini berbentuk seperti lumpang biasanya. Konon ceritanya batu jun ini adalah seorang wali akan membangun masjid yang besar dan akan didirikan semalam. Akan tetapi di tengah perjalan membangun masjid, tiba-tiba sang wali dikejutkan dengan gadis yang sedang menumbuk padi.

Seketika itu semua kayupun menjadi batu dan pembangunan masjid tidak diteruskan. Dan kayu kayu tersebut sekarang dikenal dengan batu jun. Dan batu lumpang ini akan tetap kembali tempatnya. Walaupun pernah dicuri orang yang tidak bertanggung jawab. (*)

Close
LP2M UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

LP2M UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

Monday, May 6, 2024