Pungkalan, Wonotirto— Pada hari Selasa, tanggal 22 Januari 2020, mahasiswa KKN Desa Wonotirto 1 telah melaksanakan kegiatan mengajar di sekolah untuk kedua kalinya. Salah satu sekolah yang mendapat kontribusi pengajaran dari posko Wonotirto 1 adalah SD Negeri 1 Wonotirto. SD ini terletak di Dusun Banjarsari Desa Wonotirto Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar. Saat para mahasiswa KKN menginjakkan kaki di sekolahan, murid-murid berhamburan mendekat kepada mahasiswa KKN untuk bersalaman. Ini merupakan salah satu cerminan sikap yang baik untuk dijadikan budaya pekerti yang luhur.

Di sini, para mahasiswa menjelma menjadi tenaga pendidik sekaligus sahabat bagi siswa-siswi di SD Negeri 1 Wonotirto. Hal ini terbukti dari betapa lengketnya siswa-siswi terhadap pemuda-pemudi yang berada dalam naungan IAIN Tulungagung ini. Mahasiswa KKN seakan mampu menjadi magnet yang mampu selalu menyedot perhatian bagi para murid. Mereka seakan merasa nyaman berada didekat para mahasiswa yang notabene masih mempunyai semangat empat lima tersebut.

Pada hari ini, personil yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di SD Negeri 1 Wonotirto ialah Irfan, Ikfina, Novia, Arum, Mega dan saya. Irfan mengampu pelajaran olahraga di kelas 3, Novia dan Arum mengampu pelajaran agama di kelas 5, ikfina mengampu pelajaran matematika di kelas 1 dan saya sebagai bagian dari divisi komunikasi dan publikasi yang bertugas meliput kegiatan di SD ini.

Hal menarik yang terjadi pada hari ini berada di kelas 1, tepatnya di kelas yang Ikfina ampu. Ketika jam menunjukkan angka 9, nyatanya kelas masih dalam keadaan kotor. Para murid rupanya tidak melaksanakan kewajibannya untuk piket setiap pagi. Padahal, jadwal piket sudah dibentuk. Namun, anak-anak masih tetap saja mengabaikan peraturan tersebut. karena tidak tahan dengan keadaan kelas yang tidak begitu bersih, maka saya dan Ikfina memerintahkan anak-anak untuk mau membersihkan kelas sebelum pelajaran kembali dilanjutkan. Namun, karena keterbatasan peralatan kebersihan, anak-anak pun berinisiatif untuk meminjam alat-alat kebersihan pada tetangga kelasnya.

Setelah mendapatkannya, maka anak-anak saling bahu membahu untuk membersihkan kelas mulai dari meletakkan kursi di atas meja agar mudah disapu, menyapu lantai, bersih-bersih dengan kemonceng hingga mewadahi sampah pada tempatnya.

Melihat kejadian ini, saya sedikit terenyuh karena anak-anak kelas 1 yang notabene masih kecil-kecil mau untuk sekadar memegang sapu maupun kemonceng. Rupanya, mereka bukan tipe anak yang susah untuk diatur pendidiknya. Biasanya, anak-anak seusia mereka sulit untuk diberi nasihat atau perintah. Tetapi, siswa-siswi kelas 1 di SD N 1 Wonotirto ini berbeda. Mereka sangat mudah diatur dan dididik oleh para guru, termasuk oleh mahasiswa KKN.

Membersihkan kelas secara bersama-sama merupakan salah satu wujud gotong royong, meskipun dalam lingkup kecil dan sederhana. Akan tetapi, jika dibiasakan sejak dini maka anak-anak akan terbiasa untuk bekerja sama dengan orang lain. Sehingga mereka bisa lebih pandai dalam bersosialisasi dengan orang lain. Karena sejatinya manusia merupakan makhluk yang tidak bisa lepas dari bantuan orang lain.

Membersihkan kelas secara bersama-sama juga termasuk ke dalam pendidikan karakter yang tersirat secara kasat mata. Hal ini sangat berguna bagi anak untuk dapat menerapkan kebiasaan piket setiap pagi, sehingga ketika melakukan kegiatan belajar di kelas akan terasa nyaman dan tenang. Sehingga suasana yang menyenangkan tersebut dapat membantu untuk berpikir dengan lancar dan jernih.

Selain itu, ada hal menarik lainnya yang terjadi di kelas 1. Pada hari Senin kemarin— Yeni, salah satu anggota kami yang mengajar di kelas 1 menjanjikan suatu reward bagi anak-anak yang menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikannya. Akan tetapi, pada hari ini, Yeni berhalangan untuk mengajar dikarenakan suatu urusan. Jadilah Ikfina yang mendapat mandate dari Yeni untuk memberikan reward tersebut kepada anak-anak.

Sebenarnya, reward tersebut bukan suatu hal yang memiliki nilai mahal. Akan tetapi, reward tersebut mampu menyenangkan hati karena anak-anak tersebut berhasil menyelesaikan suatu tantangan. Reward tersebut berupa snack cokelat yang harganya tidak lebih dari 20 ribu, akan tetapi bisa diberikan kepada anak-anak secara merata.

Meskipun anak-anak telah berhasil menyelesaikan pekerjaan rumahnya, akan tetapi anak-anak tersebut tidak bisa langsung mendapatkan hadiah snack itu. anak-anak masih harus menjawab tebak-tebakan yang dibuat oleh saya dan Ikfina. Baru yang berhasil menjawab—mendapatkan hadiah itu.

Secara tidak langsung, hal itu menjadi motivasi tersendiri bagi anak-anak dalam belajar. Anak menjadi semangat dalam menyelesaikan PR-nya. Dan semakin giat belajar untuk bisa memenangkan tebak-tebakan dikesempatan lainnya lagi.
(Dilla Hardina)

Close
LP2M UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

LP2M UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

Monday, Apr 29, 2024